Hymne Muhammadiyah, Mars dan Logo IMM


ARTI LAMBANG IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH (IMM)


Bentuk: Perisai Pena, berarti lambang orang yang menuntut ilmu.

Berlapis tiga maknanya : Iman, Islam dan Ikhsan atau Iman, Ilmu dan Amal.


WARNA

Hitam : Kekuatan, ketabahan, dan keabadian.

Kuning : Kemuliaan tujuan.

Merah : Keberanian dalam berfikir, berbuat dan bertanggung jawab.

Hijau : Kesejahteraan.

Putih : Kesucian


GAMBAR

Sinar Muhammadiyah : Lambang Muhammadiyah.

Melati : IMM sebagai kader muda Muhammadiyah

Tulisan dalam pita : Fastabiqul Khairat (berlomba-lomba dalam kebajikan)

Tulisan IMM : Singkatan dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah



------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hymne Muhammadiyah
Sang Surya


Sang surya telah bersinar
Syahadat dua melingkar
Warna yang hijau berseri
Membuatku rela hati

Reff : Ya Allah Tuhan Rabbi ku
Muhammad junjunganku
Al Islam agamaku
Muhammadiyah gerakanku

Di timur fajar cerah gemerlapan
Mengusir kabut hitam
Menggugah kaum muslimin
Tinggalkan peraduan
Lihatlah matahari telah tinggi

Di ufuk timur sana
Seruan ilahi Rabbi
Sami'na wa atha'na

Kembali ke
Reff

----------------------------------
Mars IMM

Ayolah, ayo, ayo
Derap derukan langkah
Dan kibar geleparkan penji-panji
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Sejarah umat telah menuntut bukti

Ingatlah, ingat, ingat
Niat tlah diikrarkan
Kitalah cendekiawan berpribadi
Susila cakap taqwa kepada Tuhan
Pewaris tampuk pimpinan umat nanti

Immawan dan Immawati
Siswa tauladan
Putra harapan
Penyambung hidup generasi

Umat islam seribu zaman
Mendukung cita-cita luhur
Negeri indah adil dan makmur


Menggugat Penetapan Tanggal 20 Mei Sebagai Hari Kebangkitan Nasional

Oleh : Fardian Imam M

Hari ini, tanggal 20 Mei 2009 adalah hari yang diperingati sebagai hari kebangkitan nasional. Seratus satu tahun yang lalu, Dr Soetomo dan Dr Cipto Mangunkusumo mendirikan organisasi Boedi Oetomo (BO) yang dianggap sebagai tonggak pergerakan kebangkitan nasional. Sebelum tahun 1900, ciri perjuangan kemerdekaan di Indonesia masih bersifat kedaerahan dan perlawanan bersenjata.


Setelah itu dimulailah babak baru dalam catatan sejarah perjuangan Indonesia, berdirinya organisasi yang dipelopori oleh golongan intelek di nusantara. Gerakan mereka bukan lagi mengutamakan perlawanan bersenjata dan kedaerahan melainkan perjuangan melalui gerakan non-militer.
Masalah yang kemudian muncul adalah ketika sejumlah tokoh meminta verifikasi mengenai penetapan tanggal 20 Mei sebagai tanggal lahir BO. Menurut mereka, jika ditinjau dari sudut pandang historisitas seharusnya hari kebangkitan nasional adalah 16 Oktober, diambil dari hari tanggal lahir SDI (Sarekat Dagang Islam) yaitu tanggal 16 Oktober 1905.
Dipilihnya tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional, sesungguhnya merupakan suatu penghinaan terhadap esensi perjuangan merebut kemerdekaan yang diawali oleh tokoh-tokoh Islam. Karena organisasi Sarekat Islam (SI) yang lahir terlebih dahulu dari Boedhi Oetomo (BO), yakni pada tahun 1905, yang jelas-jelas bersifat nasionalis, menentang penjajah Belanda, dan mencita-citakan Indonesia merdeka, tidak dijadikan tonggak kebangkitan nasional. Mengapa BO yang terang-terangan antek penjajah Belanda, mendukung penjajahan Belanda atas Indonesia, a-nasionalis, tidak pernah mencita-citakan Indonesia merdeka, dan anti-agama malah dianggap sebagai tonggak kebangkitan bangsa? Ini jelas kesalahan fatal.
“BO tidak memiliki andil sedikit pun untuk perjuangan kemerdekan, karena mereka para pegawai negeri yang digaji Belanda untuk mempertahankan penjajahan yang dilakukan tuannya atas Indonesia. Dan BO tidak pula turut serta mengantarkan bangsa ini ke pintu gerbang kemedekaan, karena telah bubar pada tahun 1935. BO adalah organisasi sempit, lokal dan etnis, di mana hanya orang Jawa dan Madura elit yang boleh menjadi anggotanya. Orang Betawi saja tidak boleh menjadi anggotanya”, tegas KH. Firdaus AN, mantan Ketua Majelis Syuro Sarekat Islam.
BO didirikan di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 atas prakarsa para mahasiswa kedokteran STOVIA, Soetomo dan kawan-kawan. Perkumpulan ini dipimpin oleh para ambtenaar, yakni para pegawai negeri yang setia terhadap pemerintah kolonial Belanda. BO pertama kali diketuai oleh Raden T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar kepercayaan Belanda, yang memimpin hingga tahun 1911. Kemudian dia diganti oleh Pangeran Aryo Notodirodjo dari Keraton Paku Alam Yogyakarta yang digaji oleh Belanda.




Fakta dibalik keberadaan Boedi Oetomo
Di dalam Pasal 2 Anggaran Dasar BO tertulis “Tujuan organisasi untuk menggalang kerjasama guna memajukan tanah dan bangsa Jawa dan Madura secara harmonis. “ Inilah tujuan BO, bersifat Jawa-Madura sentris, sama sekali bukan kebangsaan.
Noto Soeroto, salah seorang tokoh BO, di dalam satu pidatonya tentang Gedachten van Kartini alsrichtsnoer voor de Indische Vereniging berkata: “Agama Islam merupakan batu karang yang sangat berbahaya... Sebab itu soal agama harus disingkirkan, agar perahu kita tidak karam dalam gelombang kesulitan. “
Sebuah artikel di ‘Suara Umum’, sebuah media massa milik BO di bawah asuhan Dr. Soetomo terbitan Surabaya, dikutip oleh A. Hassan di dalam Majalah ‘Al-Lisan’ terdapat tulisan yang antara lain berbunyi, “Digul lebih utama daripada Makkah, Buanglah Ka’bah dan jadikanlah Demak itu Kamu Punya Kiblat!” (M. S) Al-Lisan nomor 24, 1938.

Dr. Soetomo dan Dr. Cipto Mangunkusumo Kecewa dengan BO
Karena BO tidak pernah membahas kebangsaan dan nasionalisme, mendukung penjajahan Belanda atas Indonesia, anti agama, dan bahkan sejumlah tokohnya ternyata anggota Freemasonry. Ini semua mengecewakan dua pendiri BO sendiri yakni Dr. Soetomo dan Dr. Cipto Mangunkusumo, sehingga keduanya akhirnya hengkang dari BO.
Tiga tahun sebelum BO dibentuk, Haji Samanhudi dan kawan-kawan mendirikan Sarekat Islam (SI, awalnya Sarekat Dagang Islam, SDI) di Solo pada tanggal 16 Oktober 1905. “Ini merupakan organisasi Islam yang terpanjang dan tertua umurnya dari semua organisasi massa di tanah air Indonesia”, kata KH. Firdaus AN.
Berbeda dengan BO yang hanya memperjuangkan nasib orang Jawa dan Madura juga hanya menerima keanggotaan orang Jawa dan Madura, sehingga para pengurusnya pun hanya terdiri dari orang-orang Jawa dan Madura. Sifat SI lebih nasionalis, keanggotaan SI terbuka bagi semua rakyat Indonesia yang mayoritas Islam.
Oleh karena itu, susunan para pengurusnya pun terdiri dari berbagai macam suku seperti: Haji Samanhudi dan HOS. Tjokroaminoto berasal dari Jawa Tengah dan Timur, Agus Salim dan Abdoel Moeis dari Sumatera Barat, dan AM. Sangaji dari Maluku.
Guna mengetahui perbandingan antara kedua organisasi tersebut SI dan BO maka di bawah ini dipaparkan perbandingan antara keduanya:

Kelahiran:
-SI (SDI) lahir 3 tahun sebelum BO yakni 16 Oktober 1905,
- BO baru lahir pada 20 Mei 1908,

Tujuan:
- SI bertujuan Islam Raya dan Indonesia Raya,
- BO bertujuan menggalang kerjasama guna memajukan Jawa-Madura (Anggaran Dasar BO Pasal 2).

Sifat:
- SI bersifat nasional untuk seluruh bangsa Indonesia,
- BO besifat kesukuan yang sempit, terbatas hanya Jawa-Madura,

Bahasa:
- SI berbahasa Indonesia, anggaran dasarnya ditulis dalam bahasa Indonesia,
- BO berbahasa Belanda, anggaran dasarnya ditulis dalam bahasa Belanda

Sikap Terhadap Belanda:
- SI bersikap non-koperatif dan anti terhadap penjajahan kolonial Belanda,
- BO bersikap menggalang kerjasama dengan penjajah Belanda karena sebagian besar tokoh-tokohnya terdiri dari kaum priyayi pegawai pemerintah kolonial Belanda,

Sikap Terhadap Agama:
- SI membela Islam dan memperjuangkan kebenarannya,
- BO bersikap anti Islam dan anti Arab (dibenarkan oleh sejarawan Hamid Algadrie dan Dr. Radjiman)

Perjuangan Kemerdekaan:
- SI memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mengantar bangsa ini melewati pintu gerbang kemerdekaan,
- BO tidak pernah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan telah membubarkan diri tahun 1935, sebab itu tidak mengantarkan bangsa ini melewati pintu gerbang kemerdekaan,

Korban Perjuangan:
- Anggota SI berdesak-desakan masuk penjara, ditembak mati oleh Belanda, dan banyak anggotanya yang dibuang ke Digul, Irian Barat,
- Anggota BO tidak ada satu pun yang masuk penjara, apalagi ditembak dan dibuang ke Digul,

Kerakyatan:
- SI bersifat kerakyatan dan kebangsaan,
- BO bersifat feodal dan keningratan,

Melawan Arus:
- SI berjuang melawan arus penjajahan,
- BO menurutkan kemauan arus penjajahan,


Referensi :
Noer, Deliar. 1980. Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta : LP3ES
www.swaramuslim.com

Foto Kegiatan

Arsip Dokumen

PETUNJUK DOWNLOAD
  • Silahkan Klik dokumen yang ingin Anda download, misal LPJ-Musykom III
  • Pada tab baru, akan muncul tampilan berikut ini. Pilih "Unduh Sekarang" seperti gambar di bawah ini

  • Tunggulah sampai hitungan mundur 20 detik selesai. Jangan memilih "Tidak Suka Menunggu?" atau "Click here".

  • Setelah itu akan muncul tampilan seperti di bawah ini, klik tulisan "Download file now"



Al-Quran dan Terjemahannya


Muhammadiyah download

Keputusan Muktamar IMM XIV

Kamus Besar Bahasa Indonesia


Formulir KKN UIN Angkatan 70


Proposal

LPJ

Pedoman Administrasi IMM

Materi Pelatihan Administrasi IMM 2008

Pamflet, leaflet, sticker, sertifikat dan selebaran
TalkShow Upaya Pemurtadan di Indonesia
Amplop Komisariat
Dokumen Lengkap DAD 2006
Formulir DAD
Workshop Ayat-ayat semesta

Workshop "Pengkajian Ilmu Astronomi yang Tersirat dalam Buku Ayat-ayat Semesta"


Kemajuan negara atau bangsa tergantung pada kemampuan negara tersebut dalam mengembangkan iptek, hal ini disampaikan oleh Agus Purwanto, D.Sc dalam acara workshop berjudul “Pengkajian Ilmu Astronomi yang tersirat dalam Buku Ayat-ayat Semesta” tanggal 2 Mei 2009 di teatrikal PBBA UIN Sunan Kalijaga.


Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk usaha segenap kader IMM Komisariat Saintek UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam mengungkap fenomena alam yang terkandung di dalam Alquran. Acara ini dihadiri sekitar 100 peserta, baik dari UIN maupun dari luar UIN.
Dalam kesempatan tersebut, Agus Purwanto, D.Sc yang merupakan doktor fisika luluan Hiroshima University mengungkapkan, saat ini kebanyakan negara-negara muslim atau negara yang berpenduduk mayoritas muslim rata-rata dalam kondisi tertinggal. Hal ini disebabkan masyarakat muslim yang kurang begitu tertarik dengan pembahasan seputar sains dan teknologi. Hal ini diperparah dengan adanya sebagian tokoh agama Islam yang mengeluarkan pendapat tentang sesuatu yang bukan bidangnya. Disebutkan oleh Agus, ada salah seorang tokoh agama yang cukup populer di Jawa Timur. Ia tidak mempunyai pengetahuan mengenai kosmologi, namun ia mengeluarkan pendapat tentang benda-benda langit dan tentu saja ini malah membingungkan umat dan melecehkan ilmu pengetahuan. Belum lagi ketidakpedulian ulama terhadap ayat-ayat kauniyah yang jumlahnya sangat banyak di dalam Alquran dan mereka lebih suka berdebat tentang masalah fiqih. Alumni IMM ITB ini menjelaskan, kalau Indonesia dan negara Islam lainnya tidak mau tertinggal dengan negara-negara barat, maka penguasaan terhadap sains dan teknologi menjadi kunci utamanya.
Dalam acara workshop ini, Agus Purwanto, D.Sc menjelaskan banyak hal yang berkaitan dengan sistem tata surya. Mulai dari terbentuknya galaksi, peredaran benda langit dalam galaksi bima sakti, misi teleskop hubble, hingga masalah penetapan awal bulan qomariyah yang menjadi permasalahan dikalangan umat Islam. Beberapa slide ditampilkan untuk mendukung pembahasan tersebut. Selain slide, pembicara juga memutar video yang menceritakan sistem tata surya kita dan misi teleskop hubble ke ruang angkasa.

Satu hal yang menarik dari pembahasan panjang di atas adalah penetapan awal bulan qomariyah. Agus Purwanto yang notabene adalah ahli hisab di kalangan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim menjelaskan mengapa dirinya secara pribadi lebih menyetujui metode hisab yang dipakai Muhammadiyah dibandingkan yang lain. Menurutnya, metode yang dipakai Muhammadiyah dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Ciri khas yang dimiliki metode hisab model Muhammadiyah antara lain penggunaan angka nol derajat saat wujudul hilal sebagai batas pergantian hari. Pembicara sempat menyinggung masalah penggunaan batas minimal 2 derajat yang disepakati bersama oleh Pemerintah RI bersama Malaysia dan Brunei Darussalam dalam Mabims. Sampai saat ini asal usul digunakannya angka 2 belum dapat dapat dibuktikan secara ilmiah maupun secara syar’i. Beberapa negara di Timur Tengah dan Amerika menggunakan standar yang berbeda untuk menetapkan kriteria masuk bulan baru, kebanyakan menggunakan batas 4 dan 6 derajat. Padahal secara astronomis bulan baru bisa dilihat dengan mata telanjang setelah ketinggian 9 derajat.
Masalah penetapan awal bulan qomariyah cukup menggelitik perasaan doktor fisika ini. Beliau mengusulkan agar penghitungan bulan qomariyah menggunakan patokan bulan purnama. Munulnya bulan purnama dijadikan acuan untuk menghitung mundur penetapan awal bulan. Metode ini sering dipakai oleh komunitas nelayan di Jepang (di Indonesia sebenarnya juga ada). Menurutnya dalam Al Quran pun telah disebutkan adanya petunjuk untuk menggunakan bulan purnama, yaitu dalam Surat Al Insyiqaaq (84) ayat 18 yang artinya :
“dan dengan bulan apabila jadi purnama,”
Metode hisab model Muhammadiyah pun bukan berarti bebas dari kelemahan. Peredaran bulan yang berubah-ubah membuat posisinya juga berubah ketika menempati waktu yang sama dan tempat yang sama. Untuk kasus Indonesia, garis ketinggian hilal membelah nusantara seperti garis diagonal. Dimana wilayah yang berada di bawah garis diagonal sudah wujud (ketinggian hilal 1 derajat) sedangkan daerah di atas garis masih -1 derajat. Sehingga untuk wilayah Indonesia pun tetap ada peluang perbedaan awal bulan jika menggunakan metode Hisab model Muhammadiyah.
Saat pembahasan masalah ini, ada peserta (mahasiswa Fakultas Saintek UIN) yang bertanya sampai ‘eyel-eyelan’ dengan pembicara, bahkan ia sampai maju ke depan untuk menjelaskan apa yang ia pahami. Ia pun akhirnya mundur ke tempat duduknya setelah diberi penjelasan secara rinci oleh pembicara.
Acara diakhiri dengan pembagian doorprize yang disponsori oleh Penerbit Mizan.(pan)